Ahad, 17 April 2011

Bahasa Al-Quran.

Salam...Murid-murid berminat untuk mempelajari
Bahasa Arab? Lihat iklan di bawah Pais jumpa masa
bersolat di Masjid Kotaraya baru-baru nih.Yang berminat
mempelajari ilmu tu apa salah mencuba.Disini Pais nak bagitau
kebaikan Bahasa Arab dari bahasa lain..renung dan amal dan sebar-sebarkan..

Keistimewaan Bahasa Arab


Mengapa Al-Quran Berbahasa Arab? Setiap saat, lahirnya orang-orang alim yang mampu menghafaz isi kandungan Kitab Suci Al-Quran. Hatta, orang buta atau kanak-kanak. Itulah bezanya dengan Kitab Suci lain.



“Mengapa Al-Quran diturunkan kepada seorang Nabi yang miskin dan buta huruf (ummiy)? Mengapa tidak diberikan kepada pembesar Mekkah mahupun Tha’if saja?” Pertanyaan seperti ini sering menjadi tanda tanya. Pertanyaan yang sama, “Mengapa Al-Qur’an berbahasa Arab?” Banyak dalil yang mengungkap hal ini.



Boleh dikata, hampir semua ayat tersebut menyatakan, bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dalam “bahasa Arab”. Adalah mustahil jika kerana Allah menurunkan Al-Quran ke dalam bahasa Arab kemudian dikatakan ianya“tidak universal”. Kenapa Allah memilih bahasa Arab? Bukan bahasa lain? Mungkin itu adalah hak Allah. Meskipun demikian, pilihan Allah mengapa Al-Quran itu dalam bahasa Arab bisa dijelaskan secara ilmiah.



Pertama, sampai hari ini, bahasa yang berasal dari kaum kuraisy yang masih bertahan sempurna adalah bahasa Arab. Bible (Old Testament) yang bahasa aslinya bahasa Ibrani (Hebrew) telah musnah, sehingga tidak ada naskah asli dari Perjanjian Lama.



Kedua, bahasa Arab dikenal memiliki banyak kelebihan: (1) Sejak zaman dahulu kala hingga sekarang bahasa Arab itu merupakan bahasa yang hidup, (2) Bahasa Arab adalah bahasa yang lengkap dan luas untuk menjelaskan tentang ketuhanan dan ukhrawi, (3) Bentuk-bentuk kata dalam bahasa Arab mempunyai tasrif, yang amat luas hingga dapat mencapai 3000 bentuk perubahan, yang demikian itu tak terdapat dalam bahasa lain.



Ketiga, Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW. dalam bahasa Arab yang nyata (bilisanin ‘Arabiyyin mubinin), agar menjadi: mukjizat yang kekal dan menjadi hidayah (sumber petunjuk) bagi seluruh manusia di setiap waktu (zaman) dan tempat (makan); untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya: dari kegelapan “syirik” kepada cahaya “tauhid”, dari kegelapan “kebodohan” kepada cahaya “pengetahuan”, dan dari kegelapan “kesesatan” kepada cahaya “hidayah”.



Keempat, menurut Syeikhu’l-Islam, Ibnu Taimiyah, “Taurat diturunkan dalam bahasa Ibrani saja. Dan Musa ‘alayhissalam tidak berbicara kecuali dengan bahasa itu. Begitu juga halnya dengan al-Masih: tidak berbicara tentang Taurat dan Injil serta perkara lain kecuali dengan bahasa Ibrani. Begitu juga dengan seluruh kitab. Ia tidak diturunkan kecuali dengan “satu bahasa” (bilisanin wahidin): dengan bahasa yang dengannya diturunkan kitab-kitab tersebut dan bahasa kaumnya yang diseru oleh para rasul. Justeru Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab.


Walaupun bahasa Arab adalah bahasa yang sukar, namun bukanlah susah bagi umat Islam menghafaznya. Ini berbeza dengan kitab suci lain, sebagaimana Bible misalnya. Keuniversalan Al-Quran lainnya, dibuktikan dengan bagaimana Allah menjaganya melalui orang-orang alim dan yang memiliki kelebihan dalam menghafaznya (tahfiz). Walaupun ianya terdiri dari ribuan ayat, dalam sejarah, selalu saja banyak orang mampu menghafaznya secara cermat dan tepat. Hatta, ia orang buta atau kanak-kanak pun. Al-Quran, mudah dihafaz atau dilagukan dengan gaya apapun.
 Bahasa Arab adalah bahasa Al Quran. Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menjadikan Al-Quran dalam bahasa Arab, supaya kalian memahaminya.” (QS. Az Zukhruf: 3)

Bahasa Arab adalah bahasa Nabi Muhammad dan bahasa verbal para sahabat. Hadits-hadits Nabi yang sampai kepada kita dengan berbahasa Arab. Demikian juga kitab-kitab fikih, tertulis dengan bahasa ini. Oleh karena itu, penguasaan bahasa Arab menjadi pintu gerbang dalam memahaminya.

Misalnya, penggalan syair yang dilantunkan Habib bin Aus yang menganjurkan berperangai dengan akhlak yang baik:



Manusia senantiasa dalam kebaikan,

selama ia mempunyai rasa malu
Batang pohon senantiasa abadi,
selama kulitnya belum terkelupas
Demi AIlah, tidak ada sedikit pun kebaikan dalam kehidupan,
Demikian juga di dunia, bila rasa malu telah hilang sirna



Juga ada untaian syair yang melecut orang agar menjauhi tabiat buruk.

Imam Syafi’i mengatakan:



Bila dirimu ingin hidup

dengan bebas dari kebinasaan,
(juga) agamamu utuh dan kehormatanmu terpelihara,
Janganlah lidahmu
mengungkit cacat orang,
Tubuhmu sarat dengan aib, dan orang (juga)
memiliki lidah.




Tiada ulasan:

Catat Ulasan